KERTAS DAN PUISI
“pinjamkan aku
sepotng ruang tuk menulis!”
ucap puisi pada kertas
“tak bisa,” ujar kertas
“loh, kenapa? apa tubuhmu
sudah lelah dimakan waktu?”
tanya puisi keheranan
“tak ada cukup ruang untuk puisi,”
kata kertas sambil membuka
halaman-halaman lalu
“bohong!!” bentak puisi
“bukankah ruang-ruang itu
masih kosong. belum juga
penuh isinya
“ya,” jawab kertas tenang
“tapi sudah lebih dulu
dipesan Skripsi”
5 Okt, 7.42
KALENDER-KALENDER
tiba-tiba aku ingin berenang
di laut waktu
menghampiri kalender-kalender itu
yang telah lama ditinggalkan angka
angka telah bermetamorfosa menjadi kata
dan kata kian menjauh dari makna
maka kau lihat kalender-kalender itu kosong
hanya diam mengkhianati waktu
tanpa angka
tanpa kata
tiba-tiba kau ingin berenang bersamaku
mewarnai kalender itu
dengan warna-warni sunyi
tapi sunyi telah berubah menjadi bunyi
metamorfosa yang menghakimi tidurmu
dengan mimpi-mimpi
menjadikan malam-malammu
hanya sepi
mererangkul kosong
menciumi sunyi
ya, mungkin hanya sunyi
yang bisa memahami sepi
mungkin hanya sepi
yang bisa memahamimu
Bogor, 21 Okt 09
MELUKIS JALAN
lalu apa yang kau goreskan pada kanvas kosong itu,
sehingga bermalam-malam kau melupakan tidurmu
hanya untuk mengenangnya?
setiap kali hari berubah sore
kau meringkuk ke balik gorden dan menghindari rembulan seakan cahaya di tubuhnya
menyisakan duka pada hatimu.
lalu apa yang kau lukiskan pada kanvas di hati nya,
sehingga bila jari-jari nya menulis tentang kematian,
kau berlari mencoba meraih kanvas lain
dan melukis ruh yang sakit.
menangislah sebelum senja menjadi malam kembali,
karena engkau mungkin kan menyusup lagi
di balik gorden dan kita tak akan bisa bicara
tentang ruh filsafat di antara tembok-tembok.
sebelum bulan kembali telanjang pada tubuhnya,
melukislah pada kanvas kosong itu
dan berikan cintamu yang tiada.
namun engkau malah melukis jalan yang jauh
dan ketika malam lindap di retina
kau berada di sana,
liuk dan menjauh
menyisakan
bau.
- Ore no Genjutsu - 
Komen-komen …