SECANGKIR KOPI UNTUK KAKEK
alunan sunyi yang kau suntingkan
di sepanjang jalan menuju utara,
adalah secangkir kopi hangat
yang diminum kakek tiap pagi.
adalah seteguk mimpi yang menyelam
ke dasarnya yang gelap
lalu mengepul perlahan
sampai jauh ke utara,
ke arah yang sama ketika kau berjalan.
alunan lagu itu adalah kenikmatan
pada setiap batang rokok
yang dihabiskan kakek di beranda
dan akan padam setelah daun-daun menggeserkan embunnya ke tanah.
alunan suara di bibirmu yang lusuh itu,
telah menjelma secangkir kopi di depan kakek
yang selalu membawanya ke dasar mimpi yang menyamarkan logika dan membungkus pikirannya dengan mimpi.
Secangkir kopi di tangan kakek,
kini tak lagi hangat,
berkali-kali angin telah rebah menyentuhkan dingin di sana.
Mungkin di sepanjang jalan menuju utara,
angin pun menampar tubuhmu yang lapuk
sedangkan alunan nada
kian lamat menyihir hujan.
Bojongpicung, 2004
0 Responses to “secangkir kopi untuk kakek …”